Iklan Djarum 76 Versi
Kontes Jin
Iklan-iklan rokok yang tayang di televisi
selalu unik dan menarik untuk disimak. Hal ini disebabkan oleh adanya larangan untuk
menampilkan contoh produk rokok itu sendiri di layar televisi. Sehingga,
merk-merk rokok ini berlomba-lomba menampilkan iklan yang dapat menarik
perhatian masyarakat dan mempromosikan tagline
masing- masing agar merk rokok itu sendiri mudah diingat oleh konsumen tanpa menampilkan rokok yang merupakan produk dari
perusahaan tersebut.
Di
antara iklan-iklan rokok yang saat ini tayang di televisi, rangkaian iklan dari
rokok bermerk Djarum 76 mungkin menjadi iklan rokok yang saat ini paling
populer. Rangkaian iklan rokok Djarum 76 ini menampilkan sesosok jin yang cukup
unik, yaitu jin dengan pakaian adat Jawa lengkap beserta bahasa dan logat khas
orang Jawa sebagai tokoh utama. Tingkah lakunya yang slengekan dan nyeleneh
merupakan salah satu sebab mengapa ia begitu memorable di ingatan para pemirsa televisi, meskipun jin ini hanya
muncul selama kurang lebih 30 detik. Kata-kata khasnya yakni, “Wani pira?”
inipun telah menjadi suatu tren yang populer dan sering ditirukan dalam
percakapan sehari-hari.
Jin
Jawa ini selalu mengangkat fenomena sosial yang dekat dengan kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia. Contohnya, iklan “Wani Pira?” “Preman-preman
dan Kuda Poni,” “Suami Takut Istri,” “ Pingin Kaya, Pingin Ganteng,” dan lain-lain.
Namun, yang menjadi nilai plus dari rangkaian iklan rokok Djarum 76 ini adalah
meskipun disampaikan dengan jenaka, namun memiliki nilai moral yang mendalam.
Beberapa
bulan yang lalu, merk rokok dengan tagline “Yang penting hepiiii…!!!” ini menayangkan iklan terbaru. Iklan tersebut
bertajuk “Kontes Jin”. Bercerita tentang kontes jin internasional yang diadakan
untuk menguji sejauh mana kesaktian 3 jin finalis dan untuk menentukan siapakah
jin yang terbaik di antara mereka. Dalam kontes ini, mereka berlomba untuk
menghilangkan sesuatu, dan yang menjadi kriteria penilaian dari kontes tersebut
adalah, seberapa besar benda yang sanggup mereka hilangkan.
Kontestan
pertama yang unjuk kebolehan adalah Jin yang berasal dari Timur tengah, ia
berhasil menghilangkan piramid dari tanah Mesir. Kemudian giliran finalis kedua
yang berasal dari negara Jepang. Dengan satu tarikan nafas ia berhasil menghilangkan Gunung Fuji, lalu ia
tertawa bangga atas hasil kerjanya.
Kemudian hal yang aneh terjadi
ketika jin yang berasal dari Jawa ini mendapat giliran untuk tampil. Ia terlihat berjalan ke tengah panggung
dengan tergopoh-gopoh sambil menggotong tumpukan berkas-berkas yang menjulang
tinggi, kemudian ia menghilangkan
tumpukan berkas tersebut. Mulanya kontestan lain tertawa, mereka menganggap
bahwa menghilangkan tumpukan kertas seperti itu adalah hal yang remeh dan tidak
sebanding dengan piramid dan Gunung Fuji yang telah mereka hilangkan sebelumnya.
Namun dengan santai ditambah mimik muka yang sok, Jin Jawa ini berkata, “Kasus korupsi, hilang!!!”
Sontak penonton kontes jin yang
mayoritas berjas dan berseragam safari (melambangkan pejabat dan pegawai
pemerintah) yang ada di ruangan tersebut bersorak sorai dan saling bersalam-salaman
meluapkan kegembiraan. Apabila kita jeli melihat, tampak ada parodi dari sosok
Gayus Tambunan di front row bangku penonton
kontes tersebut. Ia pun tampak gembira sembari berjabat tangan dan diberi
ucapan selamat oleh rekan-rekannya.
Kedua jin yang lain kemudian
bersujud-sujud mengaku kalah. Kemudian jin Jawa tersebut dinyatakan sebagai
pemenang karena keberhasilannya menghilangkan berkas-berkas kasus korupsi.
Mulanya saya pikir jin Jawa ini muncul
sebagai tokoh heroik karena ia memilih untuk menghilangkan kasus-kasus korupsi, namun setelah
scene di mana para pejabat dan pegawai
pemerintah yang menjadi penonton kontes tersebut bersorak-sorai serta munculnya
sosok Gayus Tambunan di front row kontes
tersebut, baru dapat disimpulkan bahwa yang dihilangkan oleh jin Jawa tersebut
bukanlah perkara kasus korupsi yang sebenarnya, tapi yang ia hilangkan adalah berkas-berkas
bukti dari kasus korupsi yang telah dilakukan oleh para penonton kontes
tersebut, sehingga yang mereka rayakan sebenarnya adalah terbebasnya mereka
dari dakwaan kasus korupsi.
Iklan ini menyindir para pelaku
korupsi yang saat ini marak dilakukan oleh pegawai instansi pemerintahan. Uang
pelicin dalam sebuah proses birokrasi dianggap lumrah, dan kasus korupsi yang
jelas-jelas merugikan rakyatpun dilakukan tanpa rasa bersalah dan rasa malu. Korupsi
telah menjadi budaya yang mendarah daging, dan lolos dari jeratan hukum akibat
korupsi dianggap sebagai prestasi. Sehingga tidak mengherankan apabila pembuat
iklan ini mengambil sosok para pejabat dan pegawai pemerintahan sebagai ikon
untuk melambangkan para pelaku korupsi yang terjadi di negeri ini.
Di tengah maraknya iklan-iklan yang
saling menjatuhkan pasar competitor masing-masing, ataupun iklan-iklan yang
hanya sekedar lewat tanpa menyampaikan pesan yang berarti, iklan Djarum 76 ini
muncul dan memberi angin segar. Iklan ini dapat menyampaikan pesan moral dan
sindiran dengan gaya yang unik dan mengundang tawa.
Faida
Nur Rachmawati
0 komentar:
Posting Komentar