AKUN
PSEUDONIM DI TWITTER DAN HUBUNGANNYA DENGAN TEORI KEHENINGAN SPIRAL
Dewasa
ini, penggunaan jejaring sosial sebagai media informasi dan komunikasi tengah
mencapai masa keemasannya. Lingkup pengaruh jejaring sosial kini mencakup semua
aspek kehidupan sehari-hari masyarakat modern pengguna internet. Mulai dari politik,
sosial-budaya, hiburan, kuliner, hingga pengetahuan-pengetahuan umum, semua
dapat diakses lewat jejaring sosial.
Salah satu jejaring sosial yang saat
ini memiliki pengaruh paling kuat dalam kehidupan sosial masyarakat adalah
twitter. Jejaring sosial dengan logo burung berwarna biru menjadi suatu budaya
populer yang sukses membuat orang-orang di seluruh dunia kecanduan. Sebagai
suatu budaya pop, twitter ini berisi ekspresi otentik dari visi dan aspirasi publik.
Sebagian
besar pengguna twitter di seluruh dunia memajang nama asli atau panggilan beserta
data diri dan foto masing-masing pada akunnya. Namun, twitter tidak melarang
adanya akun tanpa admin atau pengguna yang jelas. Menurut Paramita (2012), “Akun-akun
tersebut, mungkin lebih tepat kalau diistilahkan sebagai akun pseudonim dibandingkan akun anonim.
Anonim bermakna tidak bernama, sedangkan pseudonim, bisa dimaknai sebagai nama
samaran. Karena
akun-akun tersebut menggunakan berbagai macam nama, maka istilah pseudonim sebenarnya
lebih sesuai”.
Akun-akun
tanpa identitas yang jelas ini beragam macamnya. Ada yang berisi pesan-pesan
positif seperti quote, tips, nasihat dan pengetahuan. Namun, ada juga yang
berkonotasi negatif seperti informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya dan isu-isu yang meresahkan masyarakat. Tetapi yang akan menjadi
fokus dalam penulisan kali ini adalah akun yang berisi opini-opini dari sang
pemilik.
Munculnya akun-akun pseudonim berisi
opini-opini ini membuktikan teori Spiral of Silence dari Noelle Neuman, seperti
yang disebutkan dalam buku Theories of Human Communication karya Little John
(2008:16) :
“Kadang orang lebih suka menyimpan
pendapat mereka daripada mengungkapkannya. Inilah yang disebut ‘keheningan
spiral’. Keheningan spiral ini terjadi ketika dalam diri seseorang muncul
perasaan bahwa pendapatnya harus diungkapkan dan di lain pihak juga ada perasaan
pendapat tersebut tidak perlu diungkapkan atau dikeluarkan.”
Silence of spiral ini terjadi akibat
adanya perasaan was-was akan adanya hukuman sosial dari masyarakat atau
kelompok. Seseorang akan berhati-hati dalam berbicara dan mengungkapkan pendapatnya
agar tidak dipandang aneh, menyebalkan atau menyimpang oleh masyarakat.
Dengan adanya sosial media seperti
twitter, kekhawatiran terhadap hukuman sosial tersebut sirna. Pengguna dapat
menyalurkan pendapatnya tanpa takut identitas aslinya diketahui oleh publik.
Sehingga opini yang tertuang dalam akun pseudonim tersebut cenderung lebih
blak-blakan.
Dalam teori Silence of Spiral ini juga disebutkan, bahwa seseorang akan mencari
orang atau kelompok yang memiliki opini yang sama. Hal ini dikarenakan opini
yang dapat diterima adalah opini yang merujuk pada sentimen kolektif dari
sebuah populasi terhadap subjek tertentu. Sehingga persetujuan orang lain
terhadap sebuah opini dianggap sangat penting. “Social media seperti
twitter jelas merupakan wahana yang sangat potensial untuk menggiring opini
publik,” (Parikesit, 2012).
Karena
itu, wajar saja apabila kemudian akun-akun ini memiliki jumlah follower yang
tidak sedikit. Pengguna twitter lain yang setuju terhadap opini yang disuarakan
oleh akun anonim tersebut akan mengamini dengan fasilitas tombol retweet yang
tersedia. Pengaminan opini juga dapat dilakukan dengan cara mem-follow akun
twitter tersebut.
Pada
akhirnya, alasan mengapa akun-akun pseudonim ini ada dan begitu populer adalah karena orang akan mencari pembenaran dari
opini-opini yang mereka miliki sehingga dapat diterima orang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Downing, John D.H. (2001). Radical
Media: Rebellious Communication and Social Movements. USA: Sage Publications,
Inc.
John, Little. 2008. Terjemahan:
Theories of Human Communication. Archived at:
http://dheweeq.multiply.com/journal/item/9/terjemahan-aku-n-tmn2-little-John100rb-lebih...hahaha?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
(Saturday, October 13th , 2012 11:40:08 PM)
Paramita, Rahadian P. (2012). Akun
Anonim Dianggap Meresahkan, Diusulkan untuk Dimonitor. Updated By: February 7th
2012. Archived at: http://m.salingsilang.com/baca/akun-anonim-dianggap-meresahkan-diusulkan-untuk-dimonitor
(Saturday, October 13th , 2012 11:40:08 PM)
Parikesit, Arli. 2012. Bagaimana Menyikapi Akun Anonim
Twitter. Updated By: September 29th 2012. Archived at: http://kecopbioinfo.blogspot.com/2012/09/bagaimana-menyikapi-akun-anonim-twitter.html
(Sunday, October 14, 2012 12:01:54 AM)
Thoyibie Latif. 2009. Spiral of Silence Theory. Updated By: May 27th,
2009. Archived at: http://komunikasi-indonesia.org/2009/05/teori-spiral-keheningan/
(Monday, October 15, 2012 05.54 AM)