Pages

Sabtu, 08 September 2012

Iklan Djarum 76 Versi Kontes Jin #bridgingcourse02




 


Iklan Djarum 76 Versi Kontes Jin
            Iklan-iklan rokok yang tayang di televisi selalu unik dan menarik untuk disimak. Hal ini  disebabkan oleh adanya larangan untuk menampilkan contoh produk rokok itu sendiri di layar televisi. Sehingga, merk-merk rokok ini berlomba-lomba menampilkan iklan yang dapat menarik perhatian masyarakat dan mempromosikan tagline masing- masing agar merk rokok itu sendiri mudah diingat oleh konsumen tanpa  menampilkan rokok yang merupakan produk dari perusahaan tersebut.
Di antara iklan-iklan rokok yang saat ini tayang di televisi, rangkaian iklan dari rokok bermerk Djarum 76 mungkin menjadi iklan rokok yang saat ini paling populer. Rangkaian iklan rokok Djarum 76 ini menampilkan sesosok jin yang cukup unik, yaitu jin dengan pakaian adat Jawa lengkap beserta bahasa dan logat khas orang Jawa sebagai tokoh utama. Tingkah lakunya yang slengekan dan nyeleneh merupakan salah satu sebab mengapa ia begitu memorable di ingatan para pemirsa televisi, meskipun jin ini hanya muncul selama kurang lebih 30 detik. Kata-kata khasnya yakni, “Wani pira?” inipun telah menjadi suatu tren yang populer dan sering ditirukan dalam percakapan sehari-hari.
Jin Jawa ini selalu mengangkat fenomena sosial yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Contohnya, iklan “Wani Pira?” “Preman-preman dan Kuda Poni,” “Suami Takut Istri,” “ Pingin Kaya, Pingin Ganteng,” dan lain-lain. Namun, yang menjadi nilai plus dari rangkaian iklan rokok Djarum 76 ini adalah meskipun disampaikan dengan jenaka, namun memiliki nilai moral yang mendalam.
Beberapa bulan yang lalu, merk rokok dengan tagline “Yang penting hepiiii…!!!”  ini menayangkan iklan terbaru. Iklan tersebut bertajuk “Kontes Jin”. Bercerita tentang kontes jin internasional yang diadakan untuk menguji sejauh mana kesaktian 3 jin finalis dan untuk menentukan siapakah jin yang terbaik di antara mereka. Dalam kontes ini, mereka berlomba untuk menghilangkan sesuatu, dan yang menjadi kriteria penilaian dari kontes tersebut adalah, seberapa besar benda yang sanggup mereka hilangkan.
Kontestan pertama yang unjuk kebolehan adalah Jin yang berasal dari Timur tengah, ia berhasil menghilangkan piramid dari tanah Mesir. Kemudian giliran finalis kedua yang berasal dari negara Jepang. Dengan satu tarikan nafas  ia berhasil menghilangkan Gunung Fuji, lalu ia tertawa bangga atas hasil kerjanya.
            Kemudian hal yang aneh terjadi ketika jin yang berasal dari Jawa ini mendapat giliran untuk tampil.  Ia terlihat berjalan ke tengah panggung dengan tergopoh-gopoh sambil menggotong tumpukan berkas-berkas yang menjulang tinggi, kemudian ia  menghilangkan tumpukan berkas tersebut. Mulanya kontestan lain tertawa, mereka menganggap bahwa menghilangkan tumpukan kertas seperti itu adalah hal yang remeh dan tidak sebanding dengan piramid dan Gunung Fuji yang telah mereka hilangkan sebelumnya. Namun dengan santai ditambah mimik muka yang sok, Jin Jawa ini  berkata, “Kasus korupsi, hilang!!!”
            Sontak penonton kontes jin yang mayoritas berjas dan berseragam safari (melambangkan pejabat dan pegawai pemerintah) yang ada di ruangan tersebut bersorak sorai dan saling bersalam-salaman meluapkan kegembiraan. Apabila kita jeli melihat, tampak ada parodi dari sosok Gayus Tambunan di front row bangku penonton kontes tersebut. Ia pun tampak gembira sembari berjabat tangan dan diberi ucapan selamat oleh rekan-rekannya.
            Kedua jin yang lain kemudian bersujud-sujud mengaku kalah. Kemudian jin Jawa tersebut dinyatakan sebagai pemenang karena keberhasilannya menghilangkan berkas-berkas kasus korupsi.
            Mulanya saya pikir jin Jawa ini muncul sebagai tokoh heroik karena ia memilih untuk  menghilangkan kasus-kasus korupsi, namun setelah scene di mana para pejabat dan pegawai pemerintah yang menjadi penonton kontes tersebut bersorak-sorai serta munculnya sosok Gayus Tambunan di front row kontes tersebut, baru dapat disimpulkan bahwa yang dihilangkan oleh jin Jawa tersebut bukanlah perkara kasus korupsi yang sebenarnya, tapi yang ia hilangkan adalah berkas-berkas bukti dari kasus korupsi yang telah dilakukan oleh para penonton kontes tersebut, sehingga yang mereka rayakan sebenarnya adalah terbebasnya mereka dari dakwaan kasus korupsi.
            Iklan ini menyindir para pelaku korupsi yang saat ini marak dilakukan oleh pegawai instansi pemerintahan. Uang pelicin dalam sebuah proses birokrasi dianggap lumrah, dan kasus korupsi yang jelas-jelas merugikan rakyatpun dilakukan tanpa rasa bersalah dan rasa malu. Korupsi telah menjadi budaya yang mendarah daging, dan lolos dari jeratan hukum akibat korupsi dianggap sebagai prestasi. Sehingga tidak mengherankan apabila pembuat iklan ini mengambil sosok para pejabat dan pegawai pemerintahan sebagai ikon untuk melambangkan para pelaku korupsi yang terjadi di negeri ini.
            Di tengah maraknya iklan-iklan yang saling menjatuhkan pasar competitor masing-masing, ataupun iklan-iklan yang hanya sekedar lewat tanpa menyampaikan pesan yang berarti, iklan Djarum 76 ini muncul dan memberi angin segar. Iklan ini dapat menyampaikan pesan moral dan sindiran dengan gaya yang unik dan mengundang tawa.

Faida Nur Rachmawati

0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 Live In A Toy. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger